Beranda Berita Utama BPS Sebut Orang Miskin di Indonesia Bertambah 1,13 Juta

BPS Sebut Orang Miskin di Indonesia Bertambah 1,13 Juta

0
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, orang miskin di Indonesia bertambah 1,13 juta orang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020, atau setara dengan 10,19 persen dari total penduduk di Indonesia.

“Angka ini naik 1,13 juta orang (naik 0,41 persen) dibandingkan posisi Maret 2020. Jadi kalau dibandingkan September 2019 ke September 2020 persentase penduduk miskin meningkat dari 9,22% jadi 10,19%, atau naik 0,97% setara dengan 2,76 juta orang,” ujar Suhariyanto dalam video virtual, Senin (15/2/2021).

Garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

“Garis kemiskinan per kapita per bulan pada September 2020 adalah Rp 458.947. Dari komposisi ini, 73,87 persennya untuk komoditas makanan,” bebernya.

Dia menambahkan, komponen garis kemiskinan terdiri dari garis kemiskinan makanan dan bukan makanan. Adapun sumbangan terbesar pada garis kemiskinan adalah komoditas makanan.

Pada September 2020, BPS mencatat komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberikan sumbangan terbesar, yakni 16,58% di perkotaan dan 21,89% di perdesaan.

Selanjutnya rokok kretek filter, yang memberikan sumbangan terhadap garis kemiskinan sebesar 13,50% di perkotaan dan 11,85% di perdesaan.

Komoditas lainnya adalah telur ayam ras, yang memberikan sumbangan pada garis kemiskinan sebesar 3,91% di perkotaan dan 3,49%  di perdesaan. Ada juga daging ayam ras sebesar 3,34%  di perkotaan dan 2,56% di perdesaan, dan mi instan sebesar 2,21% di perkotaan dan 2,12 di perdesaan.

“Jadi dengan melihat angka ini, harus memberikan perhatian ekstra agar komoditas pangan seperti beras, rokok, dan sebagainya tidak mengalami fluktuasi yang tinggi,” ucap dia.

Memberikan Komentar anda